Jumat, 08 Agustus 2008

Baby Hueey

Dua jarum jam itu telah membentuk siku-siku yang sempurna. Langkah suaranya semakin jelas terdengar seirama dengan detak jantungku yang lambat. Nuansa pink serupa pertengahan februari di kamar itu tidak mampu melegakan nafasku. Tetap saja pengap bahkan terasa semakin menyesakkan dada. Tidak! bukan ruangan ini yang semakin sempit. Tapi helaan nafasku yang semakin berat.
Siang tadi petir menyambar tepat di ubun-ubunku. Ujungrambut sampai ujung kakiku hangus dibuatnya. Asapnya masih terasa hingga kini. Panas masih saja membakar tiap jengkal kulitku.
Ach... berlebihan! bukankah pernyataan dokter itu yang aku harapkan sejak kemarin?. "Aku butuh kejelasan!. penyakit apa yang menimpa aku!" kataku pada suami yang setia menungguiku sejak minggu lalu.
Bukankah seharusnya aku bersyukur, akhirnya dokter mengetahui apa yang membuat aku tiba-tiba kehilangan keseimbanganku, bahkan tak mampu berdiri, berjalan, atau sekedar membungkuk untuk rukuk? Bukankah itu yang membuat aku harus menghabiskan libur panjang pertama di tahun ini hanya dengan berbaring? Bukankah itu juga yang membuat aku kembali seperti Baby Hueey si bayi raksasa dalam film kartun casper and friends? Aku harus memakai popok.
Ya... aku tadi sempat mengucap Alhamdulillah. Saat dokter menunjukkan gambar jantungku lewat monitor komputer dan memperdengarkan suara detak jantung beserta aliran darahku dalam pembuluh.
"Ibu dosen ya? mengajar di Unpad? Fakultas apa?" awalnya obrolan dengan dokter itu begitu menyenangkan.
Tapi tiba-tiba semuanya terasa gelap. Saat nada suara berwibawa itu berubah menjadi teror buatku.
"Ibu lihat ke layar bu. Ini jantung ibu. Coba Ibu perhatikan benda bulat yang bergerak-gerak ini. Ini seharusnya tidak ada di jantung Ibu." katanya datar.
"Apa dok?" tanyaku dengan nafas tersengal-sengal
"Ini daging jadi Bu." katanya mantap
Aku terdiam.
"Jadi ini yang bikin Ibu sesak. Yang Ibu rasakan perut seperti ditarik ke atas, itu namanya sesak Bu,' jelasnya lagi
Ach.. pikirku. mana kutahu itu sesak. Seumur hidupku aku baru merasakannya.
"Tumor ini mobile. Dia bergerak-gerak ke sana ke mari, dokter itu menunjukkan titik-titik gambar jantungku.
"Jadi, saat ibu duduk atau berdiri dia mengikuti gaya gravitasi dan menutup saluran darah dari jantung ke paru-paru.Tetapi saat ibu berbaring, tumor ini juga ikut berbaring. saya perkirakan dia mempunya tangkai" jelasnya lagi panjang lebar.
"Jadi.. tindakannya bagaimana dok? harus diangkat?" tanyaku cemas
"yup! tidak ada cara lain. harus diangkat" ujarnya
"Operasi dok? tanyaku lagi semakin gelisah
"Ya... " jawabnya lirih
"Tidak ada cara lain?" aku mencoba sejenak berharap .
Dokter itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Bedah dok?" suaraku tercekat di tenggorokan.
"Bedah jantung terbuka" katanya mencoba menunjukkan wajah yang biasa-biasa saja agar pasiennya ini tidak perlu khawatir.
Kontan, aku merasakan pisau bedah telah menghujam ke jantung ku sedemikian dini....

Tidak ada komentar: